Sabtu, 10 September 2016

KONSELING POPULASI ANAK JALANAN


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Fenomena anak jalanan dan anak panti asuhan di Indonesia adalah hal yang harus ditanggapi secara serius karena mereka juga calon pemimpin masa depan kita. Anak jalanan adalah seseorang yang masih belum dewasa (secara fisik dan phsykis) yang menghabiskan sebagian besar waktunya di jalanan dengan melakukan kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan uang guna mempertahankan hidupnya yang terkadang mendapat tekanan fisik atau mental dari lingkunganya. Umumnya mereka berasal dari keluarga yang ekonominya lemah. Selain Anak jalanan masalah juga kerap di alami anak yang tinggal di panti asuhan yang secara psikis mengalami tekanan karena kurangnya perhatian yang mereka dapat dari orang tuanya atau karena ditelantarkan.
Di berbagai sudut kota, sering terjadi, anak jalanan harus bertahan hidup dengan cara-cara yang secara sosial kurang atau bahkan tidak dapat diterima masyarakat umum, sekedar untuk menghilangkan rasa lapar dan keterpaksaan untuk membantu keluarganya. Sedangkan di panti banyak sekali anak panti asuhan yang mengalami tekanan psikologis dalam banyak hal karena di telantarkan orang tuanya.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana konseling populasi anak jalanan?
2.      Bagaimana konseling populasi anak panti asuhan?








1
 
 
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Konseling Populasi Anak Jalanan
1.      Definisi Anak Jalanan
Anak jalanan adalah seseorang yang masih belum dewasa (secara fisik dan phsykis) yang menghabiskan sebagian besar waktunya di jalanan dengan melakukan kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan uang guna mempertahankan hidupnya yang terkadang mendapat tekanan fisik atau mental dari lingkunganya. Berdasarkan hasil penelitian, secara garis besar anak jalanan dibedakan dalam tiga kelompok (surbakti dkk. (eds.) 1997).
Pertama, children on the street, yakni anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi sebagai pekerja anak di jalan, namun masih mempunyai hubungan yang kuat dengan orang tua mereka.sebagian penghasilan mereka di jalan diberikan kepada orang tuanya.
Kedua, children of the street, yakni anak-anak yang  berpartisipasi penuh di jalanan, baik secara sosial maupun ekonomi. Beberapa di antara mereka masih mempunyai hubungan dengan orang tuanya, tetapi frekuensi pertemuan mereka tidak menentu.
Ketiga, children from families of the street, yakni anak-anak yang berasal dari keluarga yang hidup di jalanan.
   Pada dasarnya anak jalanan adalah anak yang tinggal dijlanan hidup dijalanan mencari uang dijalanan untuk kebutuhan mereka sehari-hari agar dapat melangsungkan kehidupan mereka dan tak jarang mereka mendapatkan perlakuan yang tidak sewajarnya kepada mereka misalnya mendapat kekersan fisik dari lingkungannya dalam hal ini kehidupan anak jalanan sangat memperihatinkan.




2
 
 
2.      Faktor-faktor yang mempengaruhi anak jalanan
Sesungguhnya ada banyak faktor yang menyebabkan anak-anak terjerumus dalam kehidupan di jalanan, seperti:
a.       Kesulitan keuangan keluarga atau tekanan kemiskinan
b.      Ketidakharmonisan rumah tangga orang tua
c.       Masalah khusus menyangkut hubungan anak dengan orang tua
d.      Ingin bebas
e.       Pengaruh teman
3.      Karakteristik anak jalanan      
a.       Cenderung tertutup.
b.      Nekad hidup dijalanan demi memenuhi kebutuhan hidup.
c.       Sukar mengendalikan diri.
d.      Jika dilihat dari psikisnya, mereka mempunyai mobilitas yang tinggi terutama untuk mempunyai rasa penuh curiga.
e.       Mereka sangat sensitive tidak berpikir panjang (berani mengambil resiko) dan mereka  merupakan orang yang mandiri.
f.       Suka berada dijalanan daripada disekolah, walaupun ada juga yang sekolah.
g.      Penampilannya umumnya tidak terlalu diperhatikan.
h.      Suka berada ditempat yang kumuh.
4.      Upaya Konseling Populasi menangani anak jalanan
Anak jalanan pada dasarnya adalah anak-anak marginal di perkotaan yang mengalami proses dehumanisasi (penghilangan harkat manusia). Mereka bukan saja harus mampu bertahan hidup dalam suasana kehidupan kota yang keras, tidak bersahabat dan tidak kondusif bagi proses tumbuh kembang anak. Tetapi, lebih dari itu mereka juga cenderung dikucilkan masyarakat, menjadi objek pemerasan berbagai pihak seperti sesama teman, preman atau oknum aparat, sasaran eksploitasi, korban pemerkosaan, dan segala bentuk penindasan lainnya. Untuk menangani permasalahan anak jalanan haru sdiakui bukanlah hal yang mudah. Selama ini, berbagai upaya sebenarnya telah dilakukan, baik oleh LSM, pemerintah, organisasi profesi, dan sosial maupun Orang per orang untuk membnatu anak jalanan keluar atau paling tidak sedikit mengurangi penderitaan mereka. Namun, karena semuanya dilakukan secara temporer, segmenter, dan terpisah, maka hasilnya pun kurang menjadi kurang maksimal.
Menurut Tata Sudrajat (1996), selama ini beberapa pendekatan yang biasa dilakukan oleh LSM dalam penanganan anak-anak jalanan adalah sebagai berikut:
a.       Street based, yakni model penanganan anak jalanan di tempat anak jalanan itu berasal atau tinggal, kemudian para street educator datang kepada mereka: berdialog, mendampingi mereka bekerja, memahami dan menerima situasinya, serta menempatkan diri sebagai teman.
b.      Centre based, yakni pendekatan dan penanganan anak jalanan di lembaga atau panti. Anak-anak yang masuk dalam program ini ditampung dan diberikan pelayanan di lembaga atau panti seperti pada malam hari diberikan makanan dan perlindungan, serta perlakuan yang hangat dan bersahabat dari pekerja sosial.
c.       Community based, yakni model penanganan yang melibatkan seluruh potensi masyarakat, terutama kelurga atau orang tua anak jalanan. Pendekatan ini bersifat preventif, yakni mencegah anak agar tidak masuk dan terjerumus dalam kehidupan di jalanan. Keluarga diberikan kegiatan penyuluhan tentang pengasuhan anak dan upaya untuk meningkatkan taraf hidup, sementara anak-anak mereka diberi kesempatan memperoleh pendidikan formal maupun informal, pengisian waktu luang, dan kegiatan lainnya yang bermanfaat. Pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan keluarga dan masyarakat agar sanggup melindungi, mengasuh, dan memenuhi kebutuhan anak-anaknya secara mandiri.

B.     Konseling Populasi Anak Panti Asuhan
1.      Definisi Populasi Anak Panti Asuhan
Sejak lahir anak telah diperkenalkan dengan pranata, aturan, norma dan nilai-nilai budaya yang berlaku melalui pengasuhan yang diberikan oleh orang tua dalam keluarga. Dengan demikian agar anak dapat hidup dan bertingkah laku sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat dibutuhkan suatu proses sosialisasi.
Sosialisasi pertama kali terjadi dalam lingkungan keluarga melalui pengasuhan yang diberikan oleh orang tua, keluarga memiliki peran penting dalam membentuk kepribadian anak melalui interaksi dalam keluarga. Keadaan tersebut akan berbeda bagi anak-anak yang tidak memiliki keluarga secara utuh.
Disorganosasi keluarga seperti perceraian kedua orang tua, krisis ekonomi keluarga dan meninggalnya salah satu atau kedua orang tua menyebabkan terputusnya interaksi sosial antara orang tua dan anak. Akibatnya, anak menjadi kurang mendapat perhatian dan pendidikan terabaikan. Maka salah satu cara yang dilakukan agar anak tetap dalam pengasuhan adalah dengan menampung anak-anak tersebut ke dalam suatu wadah yaitu panti asuhan, guna membantu meningkatkan kesejahteraan anak dengan cara mendidik, merawat, membimbing, mengarahkan dan memberikan keterampilan-keterampilan seperti yang diberikan oleh orang tua dalam keluarga.
Panti asuhan merupakan suatu lembaga sosial yang bertanggung jawab memberi pelayanan pengganti dalam pemenuhan kebutuhan fisik, mental dan sosial pada anak asuh sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat, dan memadai bagi perkembangan kepribadian anak asuh. Anak panti asuhan ialah anak yang menumpang di panti asuhan karna adanya disorganisasi yang terjadi pada keluarganya.

2.      Langkah-Langkah Konseling
Sebagai seorang konselor yang profesional kita memiliki peranan penting dalam hal ini, langkah-langkah yang dapat kita lakukan antara lain :
a.       Bangun hubungan yang mendalam dengan anak yang menjadi konseli kita, proses membangun hubungan memerlukan waktu yang cukup panjang dan memerlukan kesabaran dari konselor. Hal ini disebabkan karena anak-anak ini sedang terluka, hidup dalam fakta-fakta negatif yang dibangunnya selama ini,sehingga ia tidak mudah mempercayai orang lain, ketidakstabilan emosi, ada banyak kemarahan terhadap orang dewasa dan diri sendiri karena pengaruh agresi dalam diri, dan sebagainya. Oleh sebab itu, proses membangun hubungan (joining) seringkali dipandang sebagai faktor penentu keberhasilan sebuah konseling terhadap anak-anak terluka ini.
b.      Ketika hubungan sudah terbangun dengan baik, anak sedikit demi sedikit mulai membuka diri, bahkan mulai masuk ke wilayah diri yang lebih dalam. Sikap yang dibutuhkan adalah sikap empathy dan understanding, yang memberi keyakinan bahwa konselor ada di sana untuk mendampingi, memahami, dan mengasihi konseli.
c.       Konselor memberi affirmasi (penegasan) mengenai apa yang dia rasakan, perhatikan, dan pelajari dari semua info yang diterima sejak pertemuan pertama dan memberi penegasan bahwa apa yang konseli rasakan dan alami sangatlah berat dan ekspresi yang diungkapkan konseli adalah ekspresi yang mungkin akan dilakukan oleh orang lain yang mengalami hal yang sama.
d.      Konselor menolong konseli untuk memisahkan ketakutan dan perasaan kehilangannya, yaitu antara kehilangan yang konkrit dengan yang abstrak, dan antara kehilangan yang dibayangkan saja atau kehilangan yang mengancam.
e.       Konselor perlu memfasilitasi proses berduka yang benar dan sehat, karena hal ini akan menimbulkan efek terapeutik yang sangat kuat untuk memperoleh pemulihan.
f.       Menolong Konseli untuk mengubah Unhelpful thought menjadi helpful thought, yaitu bahwa keadaannya pada masa lalu bukanlah kesalahannya, tapi sesuatu yang tidak mampu dihindarinya.
g.      Dalam fase ini, konselor memberi direksi (Arahan) terhadap tindakan yang perlu dilakukan. Dalam fase ini, anak ditolong untuk menguasai skill yang baru mengenai caranya mengatasi ledakan emosi, kemarahan, problem solving dan sebagainya.
h.      Konselor perlu melakukan follow up terhadap apa yang sudah dicapai saat itu. Anak-anak di panti asuhan perlu masuk ke dalam terapi kelompok, untuk menolong mereka menemukan kebenaran indah dari hidup mereka; mereka sama-sama pernah terluka dan dilukai.
















BAB IIIPENUTUP
A.    Kesimpulan
Anak jalanan adalah seseorang yang masih belum dewasa (secara fisik dan phsykis) yang menghabiskan sebagian besar waktunya di jalanan dengan melakukan kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan uang guna mempertahankan hidupnya yang terkadang mendapat tekanan fisik atau mental dari lingkunganya. Berdasarkan hasil penelitian, secara garis besar anak jalanan dibedakan dalam tiga kelompok (surbakti dkk. (eds.) 1997) yaitu children on the street, children of the street, children from families of the street.
Panti Asuhan adalah suatu lembaga usaha kesosialan yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesosialan kepada anak terlantar dengan melaksanakan penyantunan dan pengentasan anak terlantar. memberikan pelayanan pengganti orang tua / wali anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial pada anak asuh sehingga memperoleh kesempatan yang luas tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadiannya sesuai dengan yang diharapkan sebagai bagian generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta aktif di dalam bidang pembangunan nasional.
Dari penjelasan di atas dapat kita pahami bahwa melakukan konseling terhadap anak yang berada di panti asuhan bukanlah hal yang mudah dan cepat, akan tetapi harus melalui proses dan memerlukan waktu yang lama, sehingga sangat dibutuhkan kesebaran dan keterampilan konselor.








8
 
 
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Suyanto, Bagong. 2010. Masalah Anak Sosial. Jakarta: Kencana
Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. (Ed. Revisi), Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Rudy Tejalaksana, Konseling Bagi Anak-Anak Panti Asuhan, (online), tersedia : http://his-shelter-community.blogspot.com/2009/12/pelayanan-konseling-bagi-anak-anak.html

1 komentar: